LAPORAN HASIL KARYA TULIS KE YOGYAKARTA





KARYA TULIS
                Laporan Study Tour
NAMA : AINA PUTRI SEKAR ARUM
   KOTA : DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA



HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis study tour ke Yogyakarta
SMPN 6 TANGSEL
Tahun pelajaran 2016-2017

Disusun oleh :
AINA PUTRI 

Telah disahkan atau disetujui pada tanggal 08 februari 2017
Pembimbing                                                               kepala Sekolah

H. L KURTUBI S P.d.                                   ALAN SUHERLAN, Spd.,M M         
                                                                        NIP. 19621205 198403 1 008




Kata Pengantar
ASSALAMMUALAIKUM WR.WB
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan Rahmat-nya dan kasih-nya,atas anugrah hidup dan kesehatan yang telah kami terima,serta petunjuk-nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan karya tulis ini.
Di dalam karya tulis ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa kami sajikan,sebagai syarat atas perjalanan kami dengan judul “KARYA TULIS STUDY TOUR YOGYAKARTA” dimana di dalam judul tersebut ada beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya tempat-tempat wisata yang ada di yoygakarta yang indah dan menawan.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang kota yogyakarta,menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini,oleh karna itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Harapan kami,semoga karya tulis membawa manfaat bagi kita,setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang kota yogyakarta.
Akhir kata,kami smapaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan ini.terutama kepada rekan satu kelompok atas kerjasamanya,dan guru bahasa indonesia yang telah membimbing dalam penyusunan karya tulis ini.


                                                                        Tangsel,27 februari 2017


                                                                                   Penulis



Daftar Isi
HALAMAN JUDUL.............................................................................I
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1 . 1 LATAR BELAKANG
1 . 2 TUJUAN PENULISAN
1 . 3 RUMUS MASALAH
BAB 2 PEMBAHASAN
2 . 1 KERATON
2 . 2 CANGKRINGAN
2 . 3 MALIOBORO
2 . 4 CANDI BOROBUDUR
BAB 3 PENUTUP
3 . 1KESIMPULAN
3 . 2  PESAN DAN KESAN
LAMPIRAN
DAFTAR PUSAKA


BAB 1 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
          Yogyakarta atau jogja adalah sebuah kota beserta merangkap sebagai ibukota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.kota jogja terletak di pulau jawa yang berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah dan berbatasan dengan samudera Hindia.kota Jogja sering di sebut juga sebagai kota budaya dan pelajar .
            Yogyakarta kota yang terkenal akan sejarah dan warisan budayanya. Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Mataram (1575-1640),dan sampai sekarang ada keraton atau Istana yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya. Yogyakarta juga memiliki banyak candi berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan  jaman dahulu,diantaranya Candi Borobudur  yang di bangun pada abad yang ke-9 oleh dinasti Syailendra. Selain warisan budaya, Yogyakarta memiliki panorama alam yang indah dan atmosfer kesenian yang sangat kental di dalamnya. Dalam hal kebudayaan provinsi Yogyakarta masih sangat kental dengan budaya Jawanya dalam kehidupan sehari hari seni dan budaya seolah tak terpisahkan dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat.
            Dalam berkomunikasi, bahasa pengantar sehari hari umumnya masyarakat Yogyakarta menggunakan bahasa Jawa. Provinsi Yogyakarta merupakan salah satu pusat bahasa dari sastra Jawa seperti bahasa parama sastra, ragam sastra, bausastra, dialek, sengkala serta lisan dalam bentuk dongeng, japamantra, pawukon, dan aksara jawa.
            Tempat-tempat pariwisatanya  pun juga sangat mengesankan. Tak ayal turis mancanegara banyak yang singgah di tengah-tengah Jawa yang eksotis ini. Karena itulah sudah sepantasnya generasi muda khususnya siswa SMPN 6 TANGSEL berkunjung untuk menimbah ilmu ke Yogyakarta.karena itulah kita bisa mengetahui sedikit seluk beluk    muda sangat tidak etis jika kita tidak pernah berkunjung ke yogyakarta dan tidak mengenal histori tentang jogja mempunyai sejarahyang panjang dalam terbentuknya pemerintah nkri mulai zaman kerajaan sampai sekarang jogja tetap istimewa di mata dunia.




1 . 2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1 Menambah ilmu pengetahuan, wawasan yang umum dan luas.
1.2.2 Mengenal tempat-tempat wisata di jogja yang indah dan di pelihara di Indonesia.
1.2.3 Mengetahui asal usul dari tempat-tempat wisata di jogja
1.2.4 Menumbuhkan rasa cinta tanah air
1 . 3 Rumusan Masalah
1.3.1 KERATON
-dimana lokasi Keraton
-Bagaimana sejarah berdirinya Keraton?
-Apa keistimewaan Keraton?
1.3.2 CANGKRINGAN
-dimana lokasi Cangkringan?
-sejarah Batu alien,sisa hartaku dan bunker kaliedem
1.3.3 MALIOBORO
-Dimana tepatnya lokasi jalan malioboro?
-Bagaimana asal-usul nama yang dipakai pada jalan malioboro
-malioboro adalah?
1.3.4 CANDI BOROBUDUR
-Dimana lokasi candi Borobudur?
-Bagaimana sejarah dari Borobudur?
-Bagaimana bentuk bangunan candi Borobudur?
-Apa Arti Dari nama candi borobudur?


            BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 KERATON

2.1.1 LOKASI KERATON
Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan[2] yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten 
2.1.2 SEJARAH        
            Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat) merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum  yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana jawa  yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.


2.1.3 KEISTIMEWAAN
Kata keraton berasal dari kata ka-ratu-an, yang berarti tempat tinggal ratu/raja. Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta ini memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Secara garis besar wilayah keraton memanjang 5 km ke arah selatan hingga Panggung Krapyak dan 2 km ke utara berakhir di Tugu. Pada garis ini terdapat garis linier dualisme terbalik. Bisa dibaca secara simbolik filosofis bahwa dari Panggung Krapyak menuju ke Keraton (Kompleks Kedhaton) menunjukkan “sangkan”, yaitu asal mula penciptaan manusia sampai manusia tersebut dewasa. Ini dapat dilihat dari kampung di sekitar Panggung Krapyak yang diberi nama kampung Mijen (berasal dari kata “wiji” yang berarti benih). Di sepanjang jalan D.I. Panjaitan ditanami pohon asam dan pohon tanjung yang melambangkan masa anak-anak menuju remaja. Dari Tugu menuju ke Keraton (Kompleks Kedhaton) menunjukkan “paran” tujuan akhir manusia yaitu menghadap penciptanya. Tujuh gerbang dari Gladhag sampai Donopratopo melambangkan tujuh langkah/gerbang menuju surga (seven steps to heaven). Sedangkan dari Keraton menuju Tugu juga diartikan sebagai jalan hidup yang penuh godaan. Pasar Beringharjo melambangkan godaan wanita, sedangkan godaan akan kekuasaan dilambangkan lewat Gedung Kepatihan. Keduanya terletak di sebelah kanan. Jalan lurus itu sendiri sebagai lambang manusia yang dekat dengan Pencipta (Sankan Paraning Dumadi). Secara sederhana, Tugu adalah perlambangan Lingga (laki-laki) dan Panggung Krapyak perlambangan Yoni (perempuan). Sedangkan Keraton sebagai jasmani yang berasal dari keduanya.
Tugu dan Bangsal Manguntur Tangkil atau Bangsal Kencana (tempat singgasana raja), terletak dalam garis lurus. Hal ini mengandung arti, ketika Sultan duduk di singgasananya dan memandang ke arah Tugu, maka beliau akan selalu mengingat rakyatnya (manunggaling kawula gusti). Tatanan Keraton sama seperti Keraton Dinasti Mataram pada umumnya. Bangsal Kencana yang menjadi tempat raja memerintah –menyatu dengan Bangsal Prabayeksa sebagai tempat menyimpan senjata-senjata pusaka Keraton (di ruangan ini terdapat lampu minyak Kyai Wiji, yang selalu dijaga abdi dalem agar tidak padam)— berfungsi sebagai pusat. Bangsal tersebut dilingkupi oleh pelataran Kedhaton, sehingga untuk mencapai pusat, harus melewati halaman yang berlapis-lapis menyerupai rangkaian bewa (ombak) di atas lautan. Tatanan spasial Keraton ini sangat mirip dengan konstelasi gunung dan dataran Jambu Dwipa, yang dipandang sebagai benua pusatnya jagad raya.
Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa tradisional. Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing seperti Portugis, Belanda, bahkan Cina. Bangunan di tiap kompleks biasanya berkonstruksi Joglo atau turunan konstruksinya. Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang ditanami pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan Regol yang biasanya bergaya Semar Tinandu. Daun pintu terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono. Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas.
Keraton diapit dua alun-alun yaitu Alun-Alun Utara dan Alun-Alun Selatan. Masing-masing alun-alun berukuran kurang lebih 100×100 meter. Sedangkan secara keseluruhan Keraton Yogyakarta berdiri di atas tanah seluas 1,5 km persegi. Bangunan inti keraton dibentengi dengan tembok ganda setinggi 3,5 meter berbentuk bujur sangkar (1.000 x 1.000 meter). Sehingga untuk memasukinya harus melewati pintu gerbang lengkung yang disebut plengkung. Ada lima pintu gerbang plengkung (dua di antaranya masih masih bisa kita saksikan hingga kini) yaitu Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan di sebelah timur laut, Plengkung Jogosuro atau Plengkung Ngasem di sebelah barat daya, Plengkung Joyoboyo atau Plengkung Tamansari di sebelah barat, Plengkung Nirboyo atau Plengkung Gading di sebelah selatan, dan Plengkung Tambakboyo atau Plengkung Gondomanan di sebelah timur. Di dalam benteng, khususnya yang berada di sebelah selatan dilengkapi jalan kecil yang berfungsi untuk mobilisasi prajurit dan persenjataan. Sedangkan sebagai pertahanan, pada keempat sudut benteng dibuat bastion (tiga di antaranya masih bisa kita saksikan hingga kini) yang dilengkapi dengan lubang kecil yang berfungsi untuk mengintai musuh.
Di dalam bangunan benteng, selain ada bangunan keraton tempat tinggal Raja, di sekitarnya juga ada sejumlah kampung sebagai tempat bermukim penduduk, yang pada zaman dulu merupakan abdi dalem keraton, namun pada perkembangan berikutnya, hingga sekarang, orang yang tinggal di dalam benteng keraton tidak harus sebagai abdi dalem.









Nama-nama kampung di dalam “njeron beteng” (wilayah dalam benteng) mempunyai sejarahnya sendiri dan masing-masing berbeda. Sebagai contoh gamelan, dahulu merupakan tempat tinggal para abdi dalem yang bekerja sebagai :
·         gamel (pemelihara kuda),
·         siliran (pemelihara lampu/alat penerangan),
·         nagan (niyagan/penabuh gamelan), 
·         matrigawen (penjaga keamanan lingkungan keraton),
·         patehan (pembuat dan penyedia teh), 
·         kenekan (dari kata Bahasa Belanda knecht/pembantu, untuk menyebut para abdi dalem yang membantu kusir/sais kereta kuda),
·         Langenastran (tempat tinggal kesatuan prajurit Langen Astra yang bertugas sebagai pengawal Sultan), 
·         Suryaputran (tempat tinggal Pangeran Suryaputra, putra Sultan Hamengku Buwana VIII), 
·         Kauman (tempat tinggal para Kaum/pemimpit umat Islam),
rotowijayan (tempat menyimpan dan memelihara kereta kuda milik keraton),
·         tamansari (tempat tinggal para istri dan puteri raja yang belum menikah), dan seterusnya.





                  KERATON YOGYAKARTA





Hasil gambar untuk keraton yogyakarta




                                                                      2.2 CANGKRINGAN
2.2.1 LOKASI
Cangkringan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Cangkringan berada di sebelah Timur Laut dari Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 25 Km. Lokasi ibu kota kecamatan Cangkringan berada di 7.66406‘ LS dan 110.46143‘ BT. Kecamatan Cangkringan mempunyai luas wilayah 4.799 Ha. Sedang alamat Kantor Kecamatan Cangkringan di Bronggang, Argomulyo, Cangkringan, Sleman.

2.2.2 SEJARAH
-BATU ALIEN
Gambar terkait
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 Batu Alien merupakan salah satu batu besar yang keluar dari mulut gunung merapi ketika erupsi tahun 2010. Batu Alien memiliki diameter kurang lebih 5 meter. Batu tersebut dijuluki batu Alien karena bentuknya yang menyerupai wajah manusia. Dari sisi samping kiri batu, terlihat jelas bentuk batu nampak seperti kepala manusia yang dilengkapi dengan anggota tubuh pada umumnya yaitu mata, hidung, mulut, telinga, dagu dan kening. Banyak orang berpendapat bahwa wajah di batu tersebut menunjukkan ekspresi sedih atau sedang menangis.
Di sisi utara batu Alien terdapat hamparan pasir yang cukup luas akibat luapan lava dari sungai gendol saat letusan gunung merapi 2010. Tempat tersebut sangat bagus digunakan untuk berfoto-foto dengan background sungai gendol dan gunung merapi ketika cuaca cerah. Sebelum erupsi merapi tahun 2010, daerah tersebut merupakan pemukiman warga dusun Jambu. Sebelumnya berdiri 3 bangunan rumah dan 2 kandang sapi. Luapan lahar dari sungai gendol mengakibatkan bangunan-bangunan tersebut tertimbun pasir dan batu hingga menjadi seperti sekarang ini.
Kali Gendol merupakan sungai yang menjadi jalur utama lahar yang keluar dari gunung merapi. Mantrial pasir dan batu yang melewati sungai ini mencapai jutaan meter kubik. Banyaknya matrial membuat sungai ini tidak mampu menampung lahar sehingga lahar meluap disekitaran sungai. Luapan matrial sampai dipemukiman penduduk sehingga banyak rumah yang hancur rata dengan tanah. Timbunan pasir yang tinggi membuat keadaan wilayah setempat sangat berbeda dari sebelumnya.

-SISA HARTAKU



        Museum sisa harta ku terletak di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Museum ini merupakan satu dari sekian banyak rumah yang hancur akibat letusan Gunung Merapi tahun 2010. Keadaan rumah yang rusak parah mampu membuat kita membayangkan betapa mengerikannya bencana
erupsi merapi yang terjadi pada tahun 2010 silam.
            Benda yang cukup berkesan di dalam museum ini yaitu jam erupsi. Jam ini merupakan satu-satunya jam yang menunjukkan waktu ketika rumah atau daerah di wilayah tersebut harcur akibat erupsi merapi. Jarum pendek menunjuk angka 12 sedangkan jarum panjang menunjuk angka 5, atau dengan kata lain wilayah dusun Petung hancur pada pukul 00.05 WIB malam jum’at Kliwon, 5 November 2010.
Di dalam museum, kita dapat melihat kumpulan benda-benda yang menjadi saksi bisu kedahsyatan erupsi merapi tahun 2010. Benda tersebut antara lain sepeda 
motor, benda pusaka, gamelan, kerangka hewan, dan berbagai perlengkapan rumah tangga lain yang meleleh akibat keganasan awan panas atau lebih dikenal dengan wedhus gembel. Raden Ngabehi Surakso Hargo atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Maridjan (nama asli: Mas Penewu Surakso Hargo; lahir di Dukuh Kinahrejo, 5 Februari 1927 – meninggal di Sleman, 26 Oktober 2010 pada umur 83 tahun[1]) adalah seorang juru kunci Gunung Merapi. Amanah sebagai juru kunci ini diperoleh dari Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Setiap gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando darinya untuk mengungsi. Ia mulai menjabat sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970. Jabatan sebagai juru kunci lalu ia sandang sejak tahun 1982. Sejak kejadian Gunung Merapi akan meletus tahun 2006, Mbah Maridjan semakin terkenal. Karena faktor keberanian dan namanya yang dikenal oleh masyarakat luas tersebut, Mbah Maridjan ditunjuk untuk menjadi bintang iklan salah satu produk minuman energi.
Pada tanggal 26 Oktober 2010, gunung Merapi kembali meletus disertai awan panas setinggi 1,5 kilometer.[2] Gulungan awan panas tersebut meluncur turun melewati kawasan tempat mbah Maridjan bermukim.[3] Jasad Mbah Maridjan ditemukan beberapa jam kemudian oleh tim SAR bersama dengan 16 orang lainnya telah meninggal dunia, umumnya kondisi korban yang ditemukan mengalami luka bakar serius. Jenazah tersebut dikonfirmasi sebagai jenazah Mbah Maridjan pada tanggal 27 Oktober 2010.Almarhum Mbah Maridjan, mendapat penghargaan Anugerah Budaya 2011 dari Pemerintahan Provinsi DIY, dalam kategori pelestari adat dan tradisi. Pemberian penghargaan dilakukan Sekretaris Daerah Provinsi DIY Ikhsanuri, pada tanggal 29 November 2011, di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta.



-BUNKER KALIADEM


Pada tahun 2005, dibangun sebuah bunker di lereng gunung Merapi tepatnya di dusun Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Tujuannya yaitu sebagai tempat perlindungan atau persembunyian ketika gunung Merapi meletus. Bunker tersebut berukuran 12 x 8 meter dan terletak di bawah tanah dengan kedalaman sekitar 3 meter. Di dalam bunker dilengkapi sebuah ruang tabung oksigen, kamar mandi, dan lampu untuk penerangan.
Pada tahun 2006 lalu, bunker ini tertimbun material lava akibat letusan gunung Merapi. Di dalam bunker tersebut ditemukan 2 orang mayat yang meninggal terbakar karena suhu lava yang superr panas yaitu 600o celcius. Tahun 2010 bunker Kaliadem kembali tertimbun material lava akibat letusan gunung Merapi. Meski sudah 2 kali tertimbun lava merapi, namun sampai saat ini bangunan bunker masih kokoh berdiri.
Di atas bunker, kita dapat melihat aliran lava di sungai Gendol. Kita juga dapat melihat bukit Glagahsari dari sana. Di sekitaran bunker, terdapat hamparan pasir batu yang terlihat seperti gurun. Di tempat tersebut juga tumbuh banyak sekali bunga edelweys. Pemandangan di tempat ini bagus untuk melakukan foto bersama dengan teman atau keluarga.

BUNKER MERAPI KALIADEM, JEJAK SEJARAHNYA TIDAK ADEM
Bunker Kaliadem merupakan salah satu unggulan spot wisata Merapi. Letaknya di Dusun Kaliadem, berjarak 1-2 km di sebelah Barat Desa Kinahrejo. Tak lengkap ke Merapi tanpa mengunjungi bunker bersejarah ini. 
Fungsi bunker adalah sebagai tempat berlindung, bersembunyi dan menyelamatkan diri. Bunker Merapi Kaliadem yang sudah ada sejak zaman Belanda ini sedianya juga dibangun untuk keperluan penyelamatan dari letusan Gunung Berapi. Sayangnya, bunker Kaliadem nggak berfungsi sama sekali saat Gunung Merapi meletus tahun 2006. Dua relawan yang berlindung dari awan panas alias wedus gembel ditemukan tewas di dalam bunker. 
Saat piknik ke Merapi, oleh pihak penyelenggara layanan wisata, tentu kita diampirkan ke lokasi penting yang boleh dikata jadi bagian dari sejarah letusan Merapi. Letaknya, sekitar 1 sampai 2 km di Barat Desa Kinahrejo. 
            Saya terkesan dengan bangunan yang tampak kokoh ini. Kita, para wisatawan boleh masuk ke dalam bunker. Di depan bunker terdapat pintu besi yang bisa didorong bila ingin masuk. 
Di dalam Bunker Kaliadem ada satu ruang lapang, mungkin seukuran ruang seminar kecil. Bentuknya setengah lingkaran, Di sana-sini tampak bekas lahar yang sudah menjadi batu. Tidak ada penerangan uuntuk bunker ini kecuali sedikit cahaya.Ingin tahu di mana dua orang tewas dalam bunker? Yakni dalam sebuah toilet sempit
Kendati kisah-kisah tentang Bunker Kaliadem cukup mengharubiru, namun jangan lupa, pemandangan di sekitar bunker sangat istimewa. Lebih-lebih bila cuaca terang, kita bisa melihat awan berarakan di langit. Di kejauhan Merapi berdiri kokoh.







2.3 MALIOBORO
2.3.1        Lokasi Malioboro
Jalan Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.
2.3.2        Nama Malioboro
   Berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga, Malioboro menjadi kembang yang pesonanya mampu menarik wisatawan. Tak hanya sarat kisah dan kenangan, Malioboro juga menjadi surga cinderamata di jantung Kota Jogja.

2.3.3        Malioboro


   Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal.Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati.
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan.


Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai.
Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.
Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak sedikitnya laporan ke pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing juga menjadi korban kejahatan dan ini sangat memalukan sebenarnya.






2 . 4 CANDI BOROBUDUR

2.4.1        Lokasi Candi Borobudur
   Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan ketinggian 265 dpl.
2.4.2        Sejarah Candi Borobudur
   Borobudur dibangun oleh Samaratungga, seorang raja kerajaan Mataram Kuno yang juga keturunan dari Wangsa Syailendra pada abad ke-8. Keberadaan Candi Borobudur ini pertama kali terungkap oleh Sir Thomas Stanford Rafles pada tahun 1814. Pada saat itu, Candi Borobudur ditemukan dalam kondisi hancur dan terpendam di dalam tanah. Candi yang terdiri dari 10 tingkat ini sebenarnya memiliki tinggi keseluruhan 42 meter. Namun setelah dilakukan restorasi, tinggi keseluruhan candi ini hanya mencapai 34,5 meter dengan luas bangunan candi secara keseluruhan 123 x 123 meter (15.129 m2). Setiap tingkat pada Candi Borobudur ini dari lantai pertama sampai lanyai enam memiliki bentuk persegi, sedangkan mulai dari lantai ke tujuh sampai lantai ke  sepuluh berbentuk bulat.
   

Candi Borobudur adalah  candi Buddha terbesar pada abad ke-9. Menurut Prasasti Kayumwungan, terungkap bahwa Candi Borobudur selesai dibangun pada 26 Mei 824, atau hampir 100 tahun sejak mulai awal dibangun. Konon nama Borobudur berarti sebuah gunung yang berteras - teras atau biasa

juga disebut dengan budhara. Namun ada juga yang mengatakan bahwa Borobudur berarti biara yang terletak di tempat yang tinggi.  
   Beberapa ahli mengungkapkan bahwa posisi Candi Borobudur berada pada ketinggian 235 meter diatas permukaan laut. Ini berdasarkan studi dari para ahli Geologi yang mampu membuktikan bahwa Candi Borobudur pada saat itu adalah sebuah kawasan danau yang besar sehingga sebagian besar desa-desa yang berada di sekitar Candi Borobudur berada pada ketinggian yang sama, termasuk Candi Pawon dan Candi Mendut.
   Berdasarkan Prasasti tanggal 842 AD, seorang sejarawan Casparis menyatakan bahwa Borobudur merupakan salah satu tempat untuk berdoa. Dimana dalam prasasi tersebut mengandung kata "Kawulan i Bhumi Sambhara" yang berarti asal kesucian dan Bhumi Sambara merupakan nama sebuah sudut di Candi Borobudur tersebut. Setiap lantai pada Candi Borobudur ini mengandung tema yang berbeda - beda karena pada setiap tingkat tersebut melambangkan tahapan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan ajaran Buddha Mahayana bahwa setiap orang yang ingin mencapai tingkat kesempurnaan sebagai Buddha harus melalui setiap tingkatan kehidupan. Pada setiap lantai di Candi Borobudur terdapat relief - relief yang bila dibaca dengan runtut akan membawa kita memutari Candi Borobudur searah dengan jarum jam.



2.4.3  Bentuk Bangunan Candi Borobudur


  •       Denah Candi Borobudur ukuran panjang 121,66 meter dan lebar 121,38 meter. Tinggi 35,40 meter.
  • Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan sebuah stupa induk di puncaknya. Terdiri dari 6 teras berdenah persegi dan3 teras berdenah lingkaran        
  • Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
  •     Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan atas        Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah timur dengan ber-pradaksina.
  • Batu-batu Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudur dengan volume seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu)
Asal usul candi Borobudur
                        Candi Borobudur diyakini merupakan peninggalan kerajaan Dinasti Sailendra masa pemerintahan raja Samaratungga dari Kerajaan Mataram Kuno dan selesai dibangun pad abad ke-8. Banyak sekali misteri candi Borobudur ysng belum terkuak, apa sebenarnya nama asli candi Borobudur tidak ada prasasti atau buku yang menjelaskan dengan pasti tentang pembangunan Borobudur, ada yang mengatakan nama tersebut berasal dari nama samara budhara memiliki arti gurung yang lerengnya terletak teras teras ada juga yang mengatakan nama tersebut berasal dari ucapan para budha yang mengalami pergeseran satu satunya tulisan yang menyebutkan Borobudur pertama kali adalah Thomas Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya yang berjudul sejarah pulau jawa. Para ahli sejarah memperkirakan Sir Thomas Stamford Raffles menyebut Borobudur dari kata bore dan budur, bore artinya ialah desa sebuah desa yang terletak di dekat lokasi letak candi Borobudur ditemukan sedangkan budur artinya purba.
           

Sejarah berdirinya candi Borobudur diperkirakan dibangun pada tahun 750 masehi oleh kerajaan syailendra yang pada waktu itu menganut agama budha, pembangunan itu sangat misterius karena manusia pada abad ke 7 belum mengenal pehitungan arsitektur yang canggih ,hingga kini tak satupun yang dapat menjelaskan bagaimana cara pembangunan dan sejarah candi Borobudur ini

Sudah banyak ilmuan dari seluruh penjuru dunia yang datang namun tidak satu pun yang berhasil mengungkapkan misteri pembangunan borobudur. Salah satu pertayaan yang membuat para peneliti penasaran adalah dari mana asal batu-batu besar yang ada di candi borobudur dan bagai mana menyusunnya dengan presisi dan arsitektur yang sangat rapih. Ada yang memperkirakan batu itu berasal dari gunung merapi namun bagaimana membawanya dari gunung merapi menuju lokasi candi mengingat lokasinya berada di atas bukit.

Candi borobudur memiliki 72 stupa yang berbentuk lonceng ajaib, Stupa terbesar terletak di puncak candi sementara yang lain mengelilingi stufa hingga kebawah. Ketika ilmuan menggambar denah candi borobudur, mereka menemukan pola-pola aneh yang mengarah pada fungsi borobudur sebagai jam matahari, jarum jamnya berupa bayangan stupa yang besar dan jatuh tepat di stupa lantai bawah  namun belum di ketahui secara pasti bagaimana pembagian waktu yang di lakukan dengan menggunakan candi borobudur ada yang mengatakan jam pada candi borobudur menunjukan tanda kapan masa bercocok tanam atau masa panen.




misteri candi borobudur dan angka 1

Bagian dalam rangka arsitektur candi borobudur bila di amati secara matematik ada misteri yang menarik yang mengarah dari angka satu, beberapa bilangan yang berada di candi bila di jumlahkan angkanya akan selalu menghasilkan angka satu bagaimana ceritanya, sebelum menceritakan misteri angka satu perlu di ketahui tentang tingkatan ranas spiritual budha yang ada di candi borobudur. Tingkatan yang pertama adalah Kamadhatu yaitu dunia yang masih di kuasai oleh kama atau nafsu rendah bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang di buat untuk memperkuat konstruksi candi tingkatan kedua adalah rupadhatu yaitu dunia sudah bisa membebaskan diri dari nafsu tetapi masih terikat rupa dan bentuk area tersebut adalah 4 pundak teras yang membentuk korang kriling yang ada pada dindingnya di hiasi galery relief lantai yang berbentuk persegi pada 4 lorong itu ada 1.400 gambar relif panjang relif seluruhnya 2 setengah kilometer dengan 1.212 panel dekoratif tingkatan ketiga adalah Arupadatu merupakan tingkatan tertinggi yang melambangkan ketiadaan wujud yang sempurna pada area ini denah lantai yang berbentuk lingkaran yang melambangkan bahwa manusia telah bebas dari segala keinginan dari ikatan bentuk dan rupa namun belum mencapai Nirwana. Pertama candi borobudur memiliki 10 tingkatan jika di jumlahkan 1 di tambah 0 hasilnya 1 angka satu lainnya mucul pada area Arupadatu area ini adalah area 4 tingkat paling atas candi, pada tingkat pertama terdapat satu candi tingkat kedua terdapat 16 candi tingkat ketiga terdapat 24 candi tingkat ke 4 terdapat 32 candi jumlah candi yang berada di area arupadhatu adalah 73 buah jika di jumlahkan 7 dan 3 hasilnya adalah 10 dan jika di jumlahkan lagi 1 dengan 0 hasilnya 1. angka satu yang terakhir muncul pada jumlah keseluruhan pada patung candi borobudur ada 505 buah patung disana bila angkanya di jumlahkan hasilnya juga angka satu








2.4.4        Nama Candi Borobudur
Mengenai penamaannya juga terdapat beberapa pendapat diantaranya:
·         Raffles: Budur yang kuno (Boro: kuno, budur: nama tempat) Sang Budha yang agung (Boro: agung, budur: Buddha) Budha yang banyak (Boro: banyak, budur: Buddha)
·         Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha
·         Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.
·         Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur: nama tempat/desa)
·         Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit Menurut Soekmono fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.











BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN                                
Maka dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja itu sangat banyak,dan kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri seperti aslinya.agar menarik para wisatawan untuk berlibur ke Yogyakarta
Selain itu,kota Yogyakarta yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan budaya-budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trend.tapi justru itu salah,kita harus tetap menjaga budaya asli  jogja itu sendiri agar mempunyai keaslian yang khas dimata dunia.
Yogyakarta merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur dan menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di jogja.walaupun banyak cerita-cerita mistis  yang beredar di masyarakat luas,para wisatawan tetap antusias menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja.
Yogyakarta disebut kota pelajar karena kualitas pendidikan di kota Jogja sudah terjamin kualitasnya. Kota Jogja disebut kota pelajar karena di daerah Jogja juga terdapat fasilitas sekolah dan universitas yang megah, berkualitas, terjamin mutunya dan sudah terakreditasi secara baik didunia pendidikan Indonesia.
Budaya mungkin di Indonesia mungkin bermacam-macam dan beragam sekali di Indonesia. Mungkin salah satu budaya di Indonesia adalah budaya Jawa. Budaya tersebut masih sangat erat hubungannya dengan kota Jogja. Maka dari itu,Yogyakarta juga disebut dengan kota budaya dan berbudaya.





3 . 2 PESAN DAN KESAN
            Selama perjalanan dari Tanggerang ke kota Yogyakarta kita menghabiskan waktu sekitar dari pukul 06.00-23.00 atau yang lebih tepatnya sekitar 12 jam kita berhenti di rest area untuk makan dan minum dan untuk buang air kecil.
            Kita berbagi kebahagiaan selama di bis. Canda tawa selalu memenuhi bis kami. Namun satu hari sebelum kita berangkat ke Yogyakarta kita semua mendapatkan berita duka cita dari teman kami tercinta ALM.ANANDA MELVIN. Ia telah mendahului kami semua.
            Walaupun begitu kita tetap bahagia dan tetap mendoakan ALM. Perjalanan kami belum selesai kita masih berlanjut.
            Selama di perjalanan menuju ke Yogyakarta banyak kejadian ada yang mabok, tidur kebo dll. Banyak banget tragedi yang tidak akan pernah kita lupakan sampai kapanpun. Banyak kenangan yang tersimpan di sana.
            Pukul 23.00 (sudah di bulatkan) kita langsung di bagikan kamar yang telah di tentukan kelompoknya. Kita ngak langsung tidur. Ada yang kelaparan, ada yang nonton tv, ada yang bermain hp, ada yang nelfon orang tuanya dll.
            Sekitar pukul 06.00 Guide kami membangunkan kamar kami. Mereka memberikan informasi bahwa sarapan telah siap dan kitapun mandi makan sholat dan berangkat menuju Keraton Yogyakarta
            Di kraton kita bisa melihat alat-alat / benda benda peninggalan sejarah di sana juga kita di pando oleh para abdi. Menurut informasi guide di bis kami, abdi di kraton yogyakarta ini di gaji tidak terlalu besar. Tetapi mereka tetap sangat ramah dn baik.
            Setelah ke kraton kita menujuk tempat perbelanjaan. Kita menuju Bakpia Pathok. Di sana kita dapat menjumpai berbagai jenis Bakpia yang tentunya sangat lezat. Setelah berpuas berbelanja oleh oleh kitapun melanjutkan pejalanan kita selanjutnya ke Cangkringan.
            Kita di Cangkringan di sediakan Mobil Jeep. Jika kita ingin menaikinya kita membayar Rp.55.000,00 per/orang. Jika kita tidak menaikinya kita akan tetap berada di bis. Karena untuk bisa menuju ke tempat wisata di Cangkringan kita perlu menaiki jeep terlebih dahulu. Satu jeep berisikan 5 orang.
            Ada sensasi tersendiri saat kita menaiki jeep. Di sana kita bisa lihat sisa sisa hasil erupsi Gunung Merapi. Dahulu, di sana terdapat banyak rumah dan sekarang rumah itu telah tiada.
            Sehabis berjalan- jalan menaiki jeep kitapun balik ke Hotel. Kita menginap di Hotel Grage. Sampai di hotel kita di beri waktu hingga jam 22.00 WIB. Untuk berbelanja di Malioboro.
            Kitapun di sana berbelanja oleh oleh baju makanan dll. Di sana banyak sekali turis luar negri yang berkunjung ke Yogyakarta untuk menikmati keindahan Yogyakarta di malam hari. Dan kita juga bisa menaiki delman dan becak.
            Tidak terasa hari ini adalah hari terakhir kami berada di Yogyakarta. Setelah semalam kita packing(berkemas). Paginya kita di bangunkan kembali oleh Guide kita.
            Sebelum kita pulang kitapun berkunjung ke Candi Borobudur.
            Di sana kita hanya di beri waktu 2 jam karena agar tidak terlalu berlama lama di candi peninggalan sejarah tersebut.
            Kita sangat kagum karena melihat keindahan sekitar candi jika berada di atas candi tersebut.
            Dan setelah berkunjung ke Candi Borobudur kitapun melanjutkan perjalan ke Tanggerang.
            Kami sangat senang dan sangat bahagia. Walaupun banyak kejadian yang tidak di inginkan banyak terjadi tetapi kita harus ambil hikmahnya saja. Jika itu baik dan jika itu buruk lupakan saja.
            Sampai sudah kami di tanggerang dan menandakan bahwa karya kami telah selesai. Kami tidak bisa mengucapkan apa- apa selain bersyukur dan mengucapkan banyak terimakasih dan permohonan maaf kami jika banyak terjadi kesalan dalam membuat “karya tulis”ini.
            Cukup sekian dari kami.
~WASSALAMMUALAIKUM WR.WB~
.......SELESAI.......



LAMPIRAN

Nama kegiatan            :   Karya Wisata SMP N 6 TANGSEL
                                        Tahun 2016-2017
Waktu Pelaksanaan     :   Kamis.,05 januari 2017 s.d Minggu,09 Januari 2017
Tempat/Lokasi            :   Keraton Yogyakarta,Cangkringan,Malioboro,Candi
      Borobudur


















DAFTAR PUSAKA
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . 1995 .Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.Jakarta: Balai Pustaka
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa . 1993 . Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka
Wikipedia indonesia
Goggle










Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Lagu terbaik ?